Rabu, 19 April 2017

METODE PENURUNAN ANGKA NRW

Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan untuk menurunkan NRW atau kehilangan  air fisik di lingkungan PDAM.

1. Menjamin bahwa daerah tersebut adalah terisolasi dan terkendali.


Berikut adalah contoh salah satu DMA (Distric Metering Area)  yang memiliki satu input sistem. Tidak ada pipa yang keluar dari sistem untuk menyuplai air keluar DMA ataupun menerima air dari luar DMA.
Sehingga data DRD dan debit air yang ada pada DMA tersebut tidak terpengaruh dari distrik lain.

2. Melakukan pengukuran tekanan air di beberapa titik pelanggan.
Adapun alat yang biasa dilakukan untuk mengukur tekanan air adalah manometer dan datalogger. Pada kasus ini sebaiknya menggunakan alat datalogger yang memiliki display dan unit angka yang detail. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan data tekanan.

a. Waktu
Pengambilan data tekanan harus dalam waktu yang sama/berdekatan secara serentak serta pada saat pola pompa/pendistribusian air yang sama.



b. Elevasi pengambilan titik ukur tekanan
Elevasi pengambilan tekanan air perlu diukur, karena semakin tinggi posisi titik ukur maka bacaan tekanan air semakin kecil, begitupula sebaliknya.

c.  Sebaran titik ukur
Semakin banyak sampel titik ukur yang diambil pada suatu DMA maka data yang didapat akan semakin akurat. Perlu diperhatikan bahwa posisi yang diambil harus merata dan mewakili daerah-daerah tertentu dalam suatu DMA.



Tekanan air yang telah diukur kemudian diinput ke dalam aplikasi GIS baik itu ArcMap atau QGIS. Sesuai dengan koordinat/posisi pengambilan titik ukur.

3. Membuat Model 

Model sebagai parameter utama atau acuan ideal dalam sebuah DMA. Dibuat dengan tujuan membandingkan antara kondisi di lapangan dengan kondisi di model. Apabila ada perbedaan yang sangat signifikan maka daerah tersebut patut dicurigai.

Adapun aplikasi yang dapat membantu dalam analisa jaringan menggunakan model adalah QGIS, HYDROCAZ ARCMAP, WATERGEMS, EPANET, dan sebagainya. Pada kasus ini diambil contoh menggunakan aplikasi paling sederhana yaitu EPANET.


Data-data dalam membangun sebuah model diantaranya sebagai berikut.
a. Data jaringan pipa (meliputi panjang, diameter dalam, kekasaran pipa)
 Data ini dipergunakan dalam penggambaran/digitasi model jaringan.
b. Elevasi pipa (diperoleh dari data DEM atau kontur yang dibuat dari Google Earth (pendekatan)).
c. Jumlah pelanggan
d. Kebutuhan air tiap pelanggan (diperoleh dari data pemakaian air tiap bulan pelanggan)
Data ini dipergunakan sebagai data Demand pada node tertentu
e. Suplai debit air di daerah tersebut setiap waktu
Data ini dipergunakan sebagai pola pemakaian pelanggan disetiap waktu atau jam
f. Tekanan pada input sistem setiap waktu atau pada waktu tertentu sesuai kebutuhan analisa
 Data ini dipergunakan sebagai pola tekanan yang masuk ke dalam sistem disetiap waktu atau ja

 Setelah dibuat model pada aplikasi EPANET selanjutnya dijalankan dan ditampilkan output perhitungan tekanan pada model.

4. Melakukan Perbandingan antara Kondisi  Model dan Lapangan
Data pengukuran di lapangan yang telah dimasukkan ke dalam GIS dibandingkan dengan kondisi Model di EPANET.
a. Perbandingan berdasarkan angka 
Peta EPANET (model)
Peta GIS (lapangan)

secara visual terlihat bahwa perbedaan mencolok terjadi di Jl. Mandiri IV jalur A5. Pada model menunjukkan bahwa daerah tersebut seharusnya bertekanan 3,94 MKA tapi pada kondisi lapangan hanya 1 MKA.

b. Perbandingan berdasarkan sebaran tekanan

 secara kontur menunjukkan hal yang sama terlihat bahwa perbedaan mencolok terjadi di Jl. Mandiri IV jalur A5.

5. Melakukan Step Test 
Step Test adalah pembacaan debit malam hari pada setiap penutupan titik valve pada daerah yang terisolasi dan terkendali dengan asusmi tidak ada penggunaan oleh pelanggan. Yang dikategorikan berdasarkan perbandingan antara debit yang terbaca dengan jumlah pelanggan antar valve.
a. Tahap Perencanaan

 Sebelum melakukan step test perlu dilakukan perencanaan awal berupa penentuan pemasangan titik valve.


 b. Tahap Fisik
Berikut adalah beberapa dokumentasi kegiatan pemasangan valve demi terselenggaranya kegiatan Step Test.




c. Kegiatan Step Test
Pembacaan step test dilakukan sebanyak 5 kali setiap satu tindakan dengan bacaan berapa debit air yang lewat saat di setiap penutupan valve.
Berikut hasilnya:
- Hasil bacaan Step Test dari Valve Hulu ke Hilir
- Hasil bacaan Step Test dari Valve Hilir ke Hulu

 Dari hasil StepTest debit yang paling besar terjadi saat malam hari (tengah malam) antara valve no 2 dengan valve no. 3 yaitu Jl. Mandiri 4 Jalur A5.
Dari hasil uji ini kemungkinan besar terjadi kebocoran besar di daerah tersebut sehingga kegiatan ini perlu untuk diteruskan.

6. Melakukan Sonding

Sonding adalah istilah yang umum dalam bahasa per PDAM an. Dimana proses sonding berkaitan erat dengan frekuensi getaran suara pada gelombang tertentu dimana suara tersebut tidak bisa didengar  dengan telinga biasa.
Adapun komponen alat pada sonding adalah headphone, kabel konektor, batreai, dan sensor penangkap suara.
Tujuannya adalah dapat menangkap gelombang suara dari bawah permukaan tanah dengan harapan suara tersebut mengarah pada indikasi kebocoran pipa.

Kegiatan sonding atau pencarian titik bocor menggunakan alat penangkap gelombang suara pada frekuensi tertentu. Dilakukan saat malam hari agar suara yang ditangkap tidak bising.
Apabila proses sonding belum menemukan hasil maka perlu dilakukan Digging Test (penggalian pipa pada titik tertentu yang dicurigai).

7. Digging Test
 Berikut adalah proses penggalian pada titik bocor yang dicurigai.

 Apabila kebocoran masih juga belum ditemukan, namun sudah memiliki dasar yang kuat bahwa daerah tersebut benar adanya terjadi kebocoran besar. Maka sebaiknya diajukan rekomendasi untuk dilakukan penggantian pipa/REHABILITASI PIPA.

8. Rehabilitasi Pipa 
Selanjutnya dilakukan rehabilitasi pipa pada jaringan tersebut yang dicurigai adanya bocor besar yang tidak diketahui.

Terlihat pada gambar pasca dipasang pipa baru dan tidak difungsikannya lagi pipa lama tekanan air di daerah tersebut meningkat.


8. Hasil
Selain terpantau secara visual dan pembacaan data logger menunjukkan nilai yang sama dengan model pasca perbaikan. Terlihat pula debit aliran yang masuk ke dalam DMA tersebut turun.


Grafik biru merupakan grafik debit yang masuk ke dalam DMA. Terlihat grafik tersebut mengalami penurunan, ini menunjukkan bahwa kebocoran sudah teratasi sehingga debit yang masuk sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
Rata-rata air yang masuk ke DMA sebesar 1.000an meter kubik perhari pasca perbaikan menjadi 750an meter kubik per hari. Artinya kebocoran tersebut sudah merugikan PDAM sebesar sekitar 250 meter kubik perharinya.

Demikian yang dapat disampaikan sedikit pengalaman dalam tulisan ini, semoga bermanfaat bagi pembaca dan dapat diambil pelajaran.

Ari Satria Prabowo
arigissatria@gmail.com